Menyentuh Sisi Emosional Konsumen Lewat Trik Consumer Experience Ala Starbucks
Consumer experience adalah suatu pengalaman subjektif yang
dirasakan oleh konsumen dari hasil
interaksi dilakukannya secara langsung maupun tidak langsung terhadap sebuah
perusahaan, brand atau produk. Hubungan konsumen secara langsung biasanya menyangkut pada pelayanan konsumen oleh perusahaan yang
meliputi: kemudahan akses, kenyamanan, rekomendasi produk, cara penggunaan produk dan
pembelian produk. Sedangkan hubungan secara tidak langsung terkait pada
tampilan fisik dan kualitas dari produk, iklan dan berbagai event yang
berhubungan dengan brand tersebut.
Consumer experience juga memegang peranan yang sangat
penting bagi keberlangsungan perusahaan karena pada akhirnya pengalaman
konsumen dari berbagai hasil interaksi tersebut akan membekas di hati dan
pikiran konsumen dan mampu menentukan persepsinya terhadap sebuah produk atau
jasa dari perusahaan tersebut. Bahkan, pengalaman tersebut menjadi faktor yang
lebih diperhitungkan oleh konsumen dalam memilih barang dan jasa dibandingkan dari
sekadar harga. Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus memiliki strategi
khusus untuk mengoptimalkan consumer experience sehingga dapat
menstimulasi sisi emosional kepuasan para konsumen agar semakin loyal dengan
produk atau jasa yang ditawarkan
Dilansir dari ( Accurate,
2020 ) secara umum, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam merancang
consumer experience yang baik yaitu :
·
Accessibility, yaitu kemudahan konsumen dalam melakukan interaksi dan mengakses produk atau
layanan Anda.
·
Competence, yaitu kompetensi
yang mampu diberikan oleh perusahaan.
·
Customer Recognition, adalah perasaan yang dirasakan oleh konsumen bahwa dirinya dihargai atau
dikenali oleh perusahaan.
·
Helpfulness, adalah kemudahan
yang dirasakan oleh konsumen dalam meminta bantuan.
·
Personalization, adalah perasaan
nyaman yang dirasakan oleh konsumen akan adanya perlakuan atau fasilitas yang
diberikan oleh perusahaan.
·
Problem solving, adalah perasaan
pelanggan terkait masalahnya yang mampu diselesaikan oleh perusahaan.
·
Promise fulfillment, adalah perasaan yang dirasakan oleh konsumen terkait janji yang diberikan
oleh perusahaan
·
Value for Time, adalah perasaan
konsumen terkait waktu yang dimilikinya mampu dihargai secara maksimal oleh
perusahaan.
Sebagai
contoh dari penerapan consumer experience, kita tentunya sudah tidak asing dengan gerai Starbucks
yang merupakan perusahaan minuman kopi dan jaringan kedai global berkantor
pusat di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Saat ini Starbucks telah resmi memiliki
total 32.844 jumlah gerai yang tersebar di 79 negara dan menjadikannya raksasa
coffeshop di dunia.
Berbicara
soal kualitas rasa kopinya, sepertinya tidak jauh berbeda dengan kopi yang
ditawarkan oleh gerai kopi lainnya. Bahkan, kopi yang ditawarkan di gerai kopi
lain justru memiliki harga jual yang lebih murah ketimbang kopi Starbucks.
Namun, hal tersebut sepertinya sama sekali tidak menyurutkan minat dan antrian
panjang konsumen yang terjadi di berbagai gerai Starbucks. Lantas mengapa hal
tersebut bisa terjadi ?. Inilah bukti keberhasilam dari pentingnya strategi
Consumer Experience di dalam bisnis. Sejatinya bukan hanya soal isi dan rasa
semata yang menentukan harga jual tetapi lebih dari itu value branding Starbucks
turut melipatkan gandakan harga jual produk tersebut. Proses value branding
tersebut bukanlah hal yang instan melainkan proses yang terbentuk dalam jangka
panjang dari berbagai consumer experience yang
memengaruhi sisi emosional para konsumen.
Para
konsumen telah mendefinisikan brand Starbucks sebagai tempat hangout
yang ekslusif dan mewah bagi kalangan
atas. Maka tak heran ada rasa kebanggaan tersendiri jika nongkrong di Starbucks
sembari mengupdate status sosial media, di saat itu strata sosial seakan-akan naik drastis di dunia pertemanan.
Starbucks juga konsisten dalam penataan desain interior gerai bertema klasik
dan ikonik untuk memberikan kesan kenyamanan dan meningkatkan pengalaman
konsumen dimana rata-rata menghabiskan 40 menit untuk menikmati secangkir kopi dan beberapa snack
disana. Kesan tersebut telah menyentuh sisi emosional ataupun personalization agar betah berlama-lama duduk di Starbucks atau dalam kata lain akan semakin banyak menu yang kembali dipesan oleh konsumen
sehingga mendatangkan keuntungan bagi Starbucks.
Satu
hal yang ikonik dari Starbucks yaitu saat kita memesan secangkir kopi disana,
maka pegawai Starbucks akan meminta menyebutkan nama kita untuk ditulis di gelas
kopi. Lalu, pegawai akan meminta kita menunggu pesanan sembari duduk di tempat
yang disediakan. Nah, pada saat pesanan kita telah siap maka pegawai akan
memanggil nama kita sesuai yang tertulis pada gelas kopi tersebut. terkadang
bukan hanya sekadar nama melainkan juga tertulis pesan-pesan positif bagi
konsumennya. Disinilah munculnya customer recognition dimana seakan-akan konsumen tersebut dikenali
ataupun dihargai oleh perusahaan sehingga menciptakan pengalaman yang akan semakin
membuatnya loyal terhadap Starbucks. Pada akhirnya cara yang dilakukan Starbucks
kembali diadopsi oleh berbagai gerai kopi lainnya dengan tujuan agar semakin
dekat dengan konsumennya.
Berkaca
dari keberhasilan Starbucks mampu menguasai pasar gerai kopi global. Hal ini
semakin mengindikasikan betapa pentingnya consumer experience dalam menentukan keberhasilan
bisnis manapun dalam jangka panjang. Pendekatan consumer experience tentunya
akan berbeda-beda tergantung segmentasi pasar yang dituju dan jenis bisnis yang
digeluti. Oleh karena itu, seluruh pihak yang terkait termasuk para manajer dan
karyawan harus saling membantu dan bekerja sama dalam menemukan cara yang
efektif dalam merancang strategi consumer experience agar memperoleh
loyalitas konsumen dan laba yang berlimpah dan senantiasa melakukan evaluasi
secara berkala demi keberhasilan bisnis dalam jangka waktu ke depan.
Komentar
Posting Komentar